TETRA (Teaching Technique Workshops & Festival)
Generasi Z yang merupakan mayoritas pelajar Indonesia saat ini memiliki pilihan gaya belajar yang unik, berbeda dari generasi terdahulu. Mereka adalah pelajar yang suka mencoba, mandiri tapi pada saat yang sama suka berkolaborasi, dan mahir dalam mengeksplorasi dunia maya, baik untuk memperoleh informasi maupun sekedar berkomunikasi.
Perubahan gaya belajar generasi ini perlu diimbangi dengan perubahan gaya mengajar oleh para guru, sehingga pendidikan dapat mengakomodasi kebutuhan mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri sekaligus membekali mereka dengan keterampilan belajar abad 21, yakni communication, collaboration, critical thinking, dan creativity.
Latar Belakang
Dengan latar belakang itulah pada sabtu, 16 November 2019 yang lalu Lembaga Bahasa LIA menyelenggarakan acara TETRA, sebuah forum yang dimaksudkan untuk menjadi tempat bagi para guru Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS untuk berbagi ilmu dan pengalaman serta saling belajar tentang teknik pengajaran yang kreatif dan interaktif. Acara yang diselenggarakan di Gedung Perpustakaan Nasional ini didukung oleh berbagai komunitas yang peduli pendidikan, di antaranya adalah RUBI (Ruang Berbagi Ilmu) yang merupakan komunitas profesional dari berbagai disiplin ilmu yang menjadi sukarelawan pengajar di daerah-daerah terpencil di Indonesia, Academic Arisan yang terdiri dari guru-guru Bahasa Inggris dari berbagai universitas, sekolah formal, dan lembaga pendidikan non formal, serta Community of English Teacher Writers (CETW).
Pelaksanaan Acara
Acara yang diikuti oleh kurang lebih 100 peserta dari berbagai sekolah tingkat SD sampai SMA, Perguruan Tinggi, dan lembaga pendidikan non formal ini diisi oleh 3 pembicara utama. John Cruft dari MacMillan Education sebagai pembicara pertama membawakan topik “Learner Autonomy: Advancing Learning with Learning Strategies”. Cruft mempresentasikan berbagai cara mudah bagi para guru untuk meningkatkan ketrampilan belajar para siswa dengan beberapa strategi kunci belajar, baik untuk digunakan di dalam maupun di luar kelas. Sebagai pembicara kedua, Ardian Wahyu Setiawan, Ph.D dari Politeknik Negeri Malang berbagi tentang “Menjadi Pendidik Mandiri bagi Pelajar Mandiri”, dimana ia menyampaikan hal-hal yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk pengembangan profesional mereka agar dapat mendukung siswa menjadi pelajar mandiri. Tidak kalah menariknya adalah presentasi dari Muh.Tafirulloh Hidayat, S.Si dari Global Islamic Boarding School yang membahas “Inovasi Teknik Pengajaran yang Efektif bagi Generasi Z”, dimana ia menjelaskan tentang penerapan Pedagogical Content Knowledge dalam penyusunan rencana mengajar dan penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain ketiga pembicara utama tadi, acara ini juga mengundang 14 pembicara dalam sesi paralel yang terdiri dari 8 guru Bahasa Inggris, 3 guru non Bahasa Inggris, 3 pembicara dari komunitas guru dan relawan, dan 1 pembicara dari Teacher Training and Development Department Lembaga Bahasa LIA. Sesi ini disambut dengan antusias oleh para peserta, seperti yang dinyatakan oleh salah satu guru Bahasa Inggris yang hadir, Agus Fanani. Sekembalinya dari acara ini Agus langsung mempraktekkan teknik-teknik mengajar yang ia dapat dan hal tersebut diakuinya mendapat respon yang positif dari para siswanya. Demikian juga dengan yang disampaikan oleh peserta lainnya, Nurlaela Maelo, yang merasakan manfaat dari keikutsertaannya di acara ini. Nurlela menyatakan bahwa TETRA memperkaya dia dengan teknik-teknik mengajar yang efektif untuk digunakan di kelas.
Tidak lupa acara ini juga memberikan dukungan pada upaya peningkatan minat baca pelajar Indonesia, terutama di kalangan anak-anak yang memiliki akses terbatas pada bahan bacaan berkualitas. TETRA menghimbau semua peserta yang hadir untuk menyerahkan buku untuk disalurkan pada anak-anak yang membutuhkan. Sampai jumpa di acara LIA berikutnya!
Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks. nimabi